Kami juga melayani penjualan dan pembelian Logam Mulia dengan berat minimal 25 gr

30 April 2010

Hikmah Peristiwa Mbah Priok

Koja, Jakarta Utara, 30 April 2010
Sufyan al Jawi - Numismatik Indonesia
Disepanjang pesisir utara Ibukota RI, khususnya disekitar pelabuhan, aroma kapitalis sangat terasa. Hanya satu solusinya yaitu tegaknya Sunnah muamalah.

Insiden KojaDialog Terbuka yang diadakan oleh Gema PTDI di Tg Priok, dengan tema Mengungkap Tragedi Berdarah Peristiwa Tg Priok II, 14 April 2010, dihadiri oleh sejumlah tokoh, antara lain Ustadz Yayan Hendrayana, Abdul Ghopur (KPAI), Harun al Rashid (CIDES), Azis Syamsudin (DPR RI komisi 3), Eka Jaya (FPI) dan ratusan muslim lain. Acara diadakan di masjid Istiqomah PTDI, ba'da Jum'at 23 April 2010, sepekan setelah peristiwa.

Sebagaimana kita ketahui, peristiwa berdarah yang terjadi di Koja Jakarta Utara, dipicu oleh perebutan lahan seluas 5,5 hektar antara ahli waris Habib Hasan al Haddad dengan PT.Pelindo II. Tiga orang tewas dan du aratus orang luka-luka, di antaranya 50 orang anak-anak, karena bentrokan fisik antara Satpol PP melawan penjaga maqam dan warga sekitar.

"Nampaknya orang masih tidak sadar, kalau akar masalahnya adalah kapitalisme. Mereka tidak bisa melihat kalau di balik peristiwa ini adalah investor asing. PT.Pelindo II kini 95% sahamnya milik asing. Pemerintah cuma jadi kacung dan hanya cari komisi dari penjualan saham PT Pelindo yang dijual murah," ujar Arief salah seorang aktivis. "Makanya ane ajak teman-teman serta saudara ane untuk nukar uang kertas mereka dengan dinar. Dinar dirhamnya beli di Wakala karena kadarnya terjamin," lanjutnya. Arief adalah pelanggan tetap Wakala al Faqi sejak tahun lalu. Beliau sadar bahwa kapitalisme melahirkan nasionalisme, sekulerisme, demokrasi, maupun komunisme. Semuanya adalah ciptaan Yahudi.

"Dakwah penerapan Dirham Dinar ane lihat udah tepat. Kemarin ane lihat di internet acara ente [Festival Hari Pasaran] di Depok sana rame. Di hadiri sama Walikota dan Kapolres segala. Kalau acara di sini ujung-ujungnya tidak nemuin solusi." kata Arief dalam logat Bewati, yakin. Untuk itulah masyarakat Jakarta Utara, perlahan tapi pasti, telah menegakkan muamalah dengan dinar dirham.

Dimulai dari wilayah Cilincing dan terus merambah ke tempat lain. Pedagang sudah mulai menerima dirham juga dinar dalam transaksi sehari-hari, seperti: pedagang kuliner malam di Jalan Sungai Landak, warung sembako dan toko di Kampung Nelayan, pengusaha Warnet, bengkel tambal ban, kios pulsa, warung obat, kios air minum isi ulang bahkan tukang ojek. Beberapa komunitas pengajian pun sudah menggunakan nuqud nabawi ini.

Kapitalisme pintu gerbangnya adalah pelabuhan. Karena mayoritas arus barang dan uang bermula dari sini. Sebagai pusat transit kapitalis, melalui pelabuhan Tanjung Priok, ratusan ton uang kertas diedarkan ke penjuru Indonesia. Bahkan pada tahun 2000-2002, puluhan kontainer uang kertas BI Rp 100.000, terbuat dari polymer bergambar Soekarno Hatta yang diimport dari Australia konon raib entah ke mana.Tapi, tiba-tiba uang merah ini, muncul pada Pemilu 2004. Juga kembali merebak kemunculannya pada Pemilu 2009 yang lalu. Ada apa ini?

Bila rakyat kembali menghidupkan muamalah, boleh jadi merekalah manusia pertama yang lepas dari jerat kapitalisme Yahudi, karena terbebas dari riba. Anehnya, pengguna nuqud nabawi justru dari kaum dhuafa. Mungkin inilah pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta'ala terhadap kaum muslimin yang lemah ekonominya, tapi kuat aqidahnya, meski ilmu mereka sangat sedikit. Justru para ustadz yang tidak mau paham tentang muamalah yang haq. Sungguh ajaib? Wa Allahu 'alam

23 April 2010

Delegasi WIN ke Konferensi Norwich

Sebuah konferensi internasional penerapan dinar dan dirham diselenggarakan di Norwich, Inggris. Pengalaman WIN dan JAWARA akan diteladani.

"Norwich Conference - Paving the Way for the Post-Banking Economy." Begitulah tema konferensi internasional yang akan diselenggarakan di Norwich, Inggris, 1-2 Mei 2010. Sebagaimana tercermin dari tema ini dalam konferansi ini akan dibahas berbagai sisi ekonomi masa depan, pasca keruntuhan sistem riba, yang telah di ambang mata ini. Rentetan krisis finansial, yang ditampilkan di media umum, seolah sebagai akibat dari kebrengsekan aktor tertentu, sudah semakin menggambarkan rapuhnya sistem itu sendiri. Kapitalisme akan segera berakhir.

Karena itu konferensi yang dituanrumahi oleh Blackstone Foundation tersebut juga penting bagi umat Islam di Indonesia. Dari sini kita dapat belajar, kerisauan masyarakat atas sistem ekonomi yang kini dominan berlaku, yang sepenuhnya berbasis riba, dengan industri perbankan sebagai lokomotifnya, semakin mengkristal. Dan itu di Eropa sana, yang dianggap sebagai satu pusat kejayaan ekonomi dan kapitalisme, dengan kata lain, di sarang mereka sendiri.

Dan saksikanlah: solusi yang ingin diterapkan adalah Islam. Penerapan kembali muamalat yang berbasiskan pada perdagangan riil, dengan pasar riil, dan dengan mata uang riil pula, yakni dinar emas dan dirham perak. Maka, para penggagas konferensi ini pun memandang yang telah terjadi di negeri kita ini sebagai teladan. Jadi, pun sebaliknya: kehadiran delegasi Indonesia, dalam hal ini diwakili oleh Bpk Zaim Saidi dan Bpk Abdarrahman Rachadi, keduanya dari WIN, diharapkan memberikan gambaran kongkrit penerapan mumalat. "Saya memang akan menjadi salah satu pembicara utama dalam konferensi tersebut," ujar Pak Zaim. Topik makalahnya adalah Practical Implementation of Gold and Silver Currency Supply.

Sejauh ini boleh dikatakan di Indonesialah penerapan dinar emas dan dirham perak yang paling jauh. Semakin hari jumlah pemakainya semakin banyak. Pasar-pasar semakin sering diselenggarkan, melalui Festival Hari Pasaran, penarikan zakat dengan dinar dan dirham semakin rutin, gerakan sedekah dan wakaf dinar dirham semakin luas, dan seterusnya. Denominasi koin yang beredar pun semakin komplit.

Selain Pak Zaim Saidi dari Indonesia pembicara lainnya, antara lain, adalah Rais Abu Bakr Rieger (Jerman), Haji Umar I Vadillo (Malaysia), dan Dr. Habieb Dehinden (CEO e-Dinar, Dubai). Pembicara lokal dari Inggris juga akan tampil, antara lain Tarik el Dewany, ada dari Italy, Alberto Brugnoni.

Norwich Confrence 2010

21 April 2010

Menyoal ayat-ayat Quran dalam Dirham dan Dinar

Zaim Saidi - Direktur Wakala Induk Nusantara
Ayat ayat suci Al Qur'an yang tercetak pada Koin Dinar Emas dan Koin Dirham Perak memiliki makna tersendiri

وَإِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ

"Wa innahadzihi ummatakum umatan wahidatan fa innallaha fattaqun." Ayat ini merupakan petikan al Qur'an Surat Al Mu'minun ayat 52. Artinya: "Agamamu adalah agama yang satu maka bertaqwalah kepada Allah."

Dinar Baru WIN

Cuplikan ayat tersebut merupakan bagian dari ornamen sisi belakang koin Dinar dan Dirham standar WIM (World Islamic Mint). WIN (Wakala Induk Nusantara) juga mengadopsinya untuk semua koin Dinar dan Dirham yang dicetak dan diedarkan di Indonesia, baik seri Haji (Masjidil Haram dan Masjid Nabawi) maupun seri Nusantara (Masjid Agung Demak dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kesultanan Kasepuhan Cirebon). Hanya dua koin perak yang lebih kecil, yaitu nisfu (1/2) Dirham dan daniq (1/6) Dirham, tidak mencantumkan ayat Qur'an karena ukurannya yang terlalu kecil.

Adanya kutipan ayat Qur'an dalam koin Dirham dan Dinar ini, bagi sebagian orang, acap menjadi persoalan. Sebab, sebagai alat tukar yang digunakan sehari-hari, koin-koin tersebut akan berada dalam segala situasi. Dipegang dan dipertukarkan oleh semua orang, Muslim dan nonmuslim, dalam keadaan suci maupun batal (wudhu), sewaktu-waktu terbawa ke dalam kamar mandi dan toilet, dan sebagainya.

Secara historis, sejak awal Dinar dan Dirham dicetak oleh para pemimpin Muslim, yang dipelopori oleh Khalifah Umar ibn Khattab dan Khalifah Malik ibn Marwan, satu cuplikan ayat Qur'an selalu dicantumkan pada salah satu sisi koin Dirham dan Dinar. Cuplikan ayat paling sederhana dan pendek yang pernah dicantumkan dalam koin Dirham dan Dinar adalah Bismillah dan Qul Hu Allahu Ahad. Ini ada pada koin Dirham yang pertama kali dicetak oleh Malk bin Marwan. Dalam periode lain seluruh isi Surat Al Ikhlas dicantumkan dalam koin. Pada koin Dinar pertamanya, Khalifah Malik bin Marwan mencantumkan ayat berikut: "Arsala Rasulahu bil huda wa dinilhaq liyudhirohu alla dinni kullih walau karihal mushrikun" (Surat At Taubah, ayat 33 ). Artinya, "Ia yang mengutusnya dengan petunjuk dan din yang haq yang ditinggikan atas segala din yang lain walau orang mushrik membencinya." Sebelum ayat tersebut didahului dengan pernyataan: "Muhammadurasulullah" .


Timbulnya reaksi atas pencantuman cuplikan ayat Qur'an dalam koin Dirham dan Dinar adalah wajar, dan bukan cuma terjadi saat ini. Sejak pertama kali Khalifah Marwan bin Malik melakukannya pun telah menuai protes. Namun demikian, dilihat dari sisi syariat Islam, persoalan ini telah terjawab dengan tuntas. Taqyuddin Al Maqrizi, dalam kitabnya yang masyhur dan luar biasa manfaatnya dalam konteks kita saat ini, yaitu Ighathat al-ummah bi-kashf al-ghummah, mengutip fatwa Imam Malik r.a, mengenai hal ini.

Imam Malik ditanya tentang perlunya mengubah tulisan dalam koin dirham dan dinar, karena berisi kutipan ayat Qur'an. Ia menjawab."Banyak orang mejalankan kaidah agama di saat koin pertama dicetak di zaman Abdulmalik bin Marwan. Dan tak seorangpun melarangnya dan saya tak pernah menemukan seorang ulama pun yang melarangnya. Meskipun telah sampai kepada saya bahwa Ibn Sirin [seorang Tabi'in yang dikenal sebagai perawi hadits meninggal 110 H] membenci penggunaan koin-koin tersebut dalam jual beli, masyarakat tetap menggunakannya dan saya tidak pernah melihat seorang pun yang melarangnya di sini [di kota Madinah]."

Abdulmalik bin Marwan sendiri pernah ditegur oleh seseorang mengenai hal tersebut, yang kisahnya juga diriwayatkan oleh Maqrizi. "Dirham putih ini berisi cuplikan ayat Qur'an dan dipegang oleh orang Yahudi, Kristen, orang-orang tak suci [tidak dalam keadaan berwudhu], dan perempuan-perempuan yang sedang menstruasi. Sebaiknya Anda menghapuskannya." Jawaban sang Khalifah adalah, "Apakah Anda menghendaki kaum lain menuduh kita menghapuskan keyakinan akan Tauhid dan nama Rasul SAW?"

Sesudah Abdulmalik bin Marwan wafat (85 H) situasinya tak berubah. Ketika ia digantikan oleh putranya Al Walid (85-96H), lalu Sulaiman bin Abdulmalik 996-97 H), lalu oleh 'Umar bin Abdul Aziz (99-101 H), hal itu juga terus berlangsung. Demikian juga para sultan di masa-masa selanjutnya meneruskan kebiasaan mencantumkan suatu cuplikan ayat Qur'an dalam koin Dirham dan Dinar yang diterbitkan dan diedarkannya. Sampai hari ini. Haji Umar Ibrahim Vadillo, ketika pertama kali kembali mencetak Dirham dan Dinar, di Granada, 1992 lalu, juga melakukan hal yang sama. Ayat al Qur'an yang ia pilih adalah Surat Al Mu'minun ayat 52 sebagaimana dikutip di awal tulisan ini. Atas 'amal tersebut semoga Allah SWT memberkahi dan memberikan sukses kepada Haji Umar Ibrahim Vadillo, di dunia dan akherat kelak. Amin.

15 April 2010

Perolehan Wakaf Imarah dan Garnissun Maret 2010

Depok, 15 April 2010

Garnissun Bangsa dan Wakaf Imarah Baitul Mal Nusantara (BMN) kembali mendapat donatur baru. Berikut laporan periode Maret 2010.

Detil berita klik disini

11 April 2010

Sedikit Jawaban Dari Banyak Pertanyaan Part 1.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk mendiskreditkan atau memojokan pihak tertentu.
Ringkasan chat nyata adanya ini terjadi pada malam minggu dari jam 23:10 sampai 23:52.
Sengaja ditampilkan disini dengan sedikit editan dengan memperhatikan norma yang berlaku.

Percakapan ini terjadi di YM
Untuk selanjutnya disingkat saja
T (penanya)
WR (Wakala Rashanah)

T : Kenapa wakala munafik?
WR : Maksudnya ?☺☺☺
T : Uang kertas dirobek, tapi masih mempergunakan uang kertas untuk jual beli dinar.
T : Kalau memang murni, tinggalkan semua uang kertas.
WR : ☺☺☺ ...?)
T : Bisa memberi alasan?
WR : Antum benci zionis ga?
T : Kok malah melebar jawabannya.
WR : Ga melebar.. ini juga jawabannya.
T : Kok bisa
WR : Kalau benci tentunya kita boikot dong semua produknya. Dari yang remeh sampai yang canggih.
T : Ya betul..!??
WR : Antum masih pakai PC dg Int** dan OS M*******.
T : Masih
WR : Masih pakai pasta gigi produk uni******
WR : Berarti belum bisa hijrah semuanya kan.
WR : Kalau disini kita ibaratkan pertempuran
WR : Ketika kita bisa merebut senjata musuh.
WR : Tentunya senjata itu kita balikkan ke arah musuh.
WR : Begitu juga uang kertas dan DInar.
WR : Ilustrasi ini bukan berarti merebut uang kertas
WR : Tapi uang kertas itu kita konversikan pada Dinar dan DIrham.
WR : Lalu dengan Dinar Dirham itu kita gerakkan sektor riil melalui muamalah, zakat, infaq dan sedeqah,
WR : Tujuannya agar harta berputar.
WR : Bukan jual beli emas semata yang berprofit uang kertas.
WR : Ketika Dinar Dirham sudah menyebar, untuk mendapatkan dinar dirham tidak lagi dengan menukar uang kertas
T : Dengan apa.
WR : Dengan produktifitas, artinya mau dinar dirham, kita jual sesuatu, atau menghasilkan sesuatu.
WR : Itu yang sering orang salah sangkakan.
WR : Tindakan merobek uang kertas, maksudnya uang kertas sebenarnya tak berharga.
WR : Sebab bila uang kertas koyak, lusuh dan hilang gambarnya tentunya hanya bernilai kertas tersebut
WR : Dan tak bisa menghargai komoditas
WR : Sementara bila dinar dan dirham lusuh dan rusak, masih bisa menghargai komoditas
T : T- has sign out 23:52

8 April 2010

Bersedekahlah, Meski Hanya Sedaniq Dirham!

Zaim Saidi - Direktur Wakala Induk Nusantara

Sedekah dengan Koin Dirham Perak maupun Dinar Emas memiliki manfaat nyata bagi Ummat

Sedekah DirhamDalam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh An Nasa'i Rasulullah sallalluhu 'alaihi wassalam berkata: "Satu Dirham melampaui seratus ribu Dirham." Para Sahabat meminta penjelasan mengenai hal tersebut. Nabi Salallahu Alayhi Wasalam menjawab, "Seorang memiliki harta dua Dirham dan menyedekahkan satu Dirham di antaranya. Seorang lagi memiliki harta benda yang begitu banyak dan menyedekahkan seratus ribu Dirham di antaranya."

Jadi, nilai sedekah kita, justru tidak diukur dengan besaran absolutnya, melainkan dari nilai relatif atas total harta milik kita. Dengan kata lain keikhlasan dan ketulusan dalam bersedekah lebih penting dari jumlah yang kita sedekahkan.

Dari riwayat di atas kita juga dapat mengambil keteladanan bahwa untuk bersedekah seseorang tidak perlu menunggu berharta melimpah. Sebab, sedekah yang banyak dalam kemelimpahan harta, belum tentu lebih tinggi nilainya daripada bersedekah sedikit dalam kesempitan harta. Sebab, selain merupakan ekspresi dari keikhlasan, bersedekah dalam kesempitan juga membuktikan sikap ketidakterikatan kita pada dunya (hubbuddunya), sebuah penyakit hati yang sangat lazim di zaman penuh riba ini.

Keteladanan dalam sikap dermawan yang paling baik, tentu saja, kita temukan pada diri Rasulullah Salallahu Alayhi Wasalam sendiri, serta para Sahabatnya. Rasulullah Salallahu Alayhi Wasalam adalah orang yang tidak pernah berkata tidak atas segala sesuatu yang dimintakan kepadanya. Beliau tidak pernah menyimpan sesuatu untuk keperluan besok. Suatu kali ia menerima sedekah 90.000 Dirham. Beliau letakkan uang itu di atas karpet dan tidak berhenti membagikannya. Beliau tidak menolak seorang pun yang memintanya hingga Dirham itu habis.

Dalam konteks kita sekarang bersedekah dalam bentuk Dirham bahkan memiliki arti lebih besar lagi. Bahkan bila nilainya hanya sebesar satu daniq (1/6) Dirham sekalipun. Sebab, di tengah sistem riba yang telah mencengkeram seluruh sendi kehidupan kita, sebuah koin mungkin daniq atau nisfu (1/2) Dirham yang disedekahkan kepada siapa pun untuk keperluan apa pun sejauh yang bermanfaat, akan memberikan dampak jangka panjang. Secara langsung untuk keperluan jangka pendek sedekah ini pun sudah bermanfaat, membantu mengatasi kebutuhan si fakir miskin. Tetapi, untuk jangka panjang, koin daniq dan nisfu Dirham ini akan memberikan ketahanan ekonomi bagi masyarakat secara keseluruhan, termasuk si kaya yang menyedekahkannya.

Menambahkan uang kertas di tengah masyarakat, melalui sedekah sekalipun, disadari atau tidak, justru memberikan dampak negatif. Sebab menyebarluaskan uang kertas hanya berarti menyebarkan janji utang. Nilainya pun akan semakin merosot. Mengedarkan uang kertas adalah menambahkan liabilitas ke tengah masyarakat. Sebaliknya, menambahkan peredaran koin Dirham perak berarti menambahkan aset ke dalam masyarakat. Kekayaan riil akan semakin merata dalam masyarakat, dan dalam konteks sedekah, lebih terkhususkan lagi kepada kaum dhuafa.

Di luar nilai material yang tentu saja bermakna nyata memberikan sedekah dalam Dirham perak akan memberi si dermawan ganjaran dan berkah yang luar biasa. Mengapa? Sebab tindakan yang tampak sederhana dan mudah itu - mengkonversikan rupiah menjadi Dirham sebelum menyedekahkannya - berarti menegakkan sunnah dan syariat Rasul Salallahu Alayhi Wasalam yang telah runtuh.

Banyak sekali riwayat yang menunjukkan pada kita tentang besarnya nilai (dan ganjaran yang Allah janjikan) dari menegakkan sunnah di zaman ketika pilar-pilarnya runtuh seperti di zaman kita ini. Salah satunya, sebagaimana dalam hadith yang diriwayatkan oleh At Thabrani, Rasulullah Salallahu Alayhi Wasalam mengatakan bahwa nilai menegakkan sunnah di dalam situasi seperti ini sama tingginya dengan berjihad: "Orang yang berpegang pada sunnahku pada saat umatku dilanda kerusakan, pahalanya seperti seorang syahid."

Maka, bersedekahlah dalam keadaan sempit maupun luang, meski hanya se-daniq Dirham. Dan Allah Subhanahu Wa Ta'alla akan memberimu ganjaran yang berlipat ganda!

7 April 2010

Perampok di depan mata

wakala, dinar, dirhamApakah anda merasa marah bila harta yang anda miliki dirampas didepan mata anda. Anda tahu, tapi tak bisa melawan karena takut atau sebab lainnya. Dalam Islam, bila kita melawan

1 April 2010

Maklumat Pencetakan dan Pengedaran Daniq serta Nisfu Dirham

Depok, 01 April 2010

Kembalinya Daniq Dirham dan Nifsu Dirham membawa keadilan bagi masyarakat.


Kepada Yth Para Amir, Wazir, Al Wakil, Muhtasib, Muqadim, dan Umat Islam di mana pun berada

'Hai kaumku penuhilah takaran dan timbangan yang adil, dan janganlah engkau merugikan hak-hak manusia (dengan mencurangi nilai), dan janganlah berbuat zalim dengan melakukan kerusakan' (QS Hud: 85)�

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah sallalahu alayhi wa salam bersabda, 'Barangsiapa yang taat kepadaku maka sungguh ia taat kepada Allah dan barangsiapa yang mengingkari aku, maka sungguh ia telah ingkar kepada Allah. Barangsiapa mentaati Amirku maka ia telah taat kepadaku. Siapa yang mengingkari Amirku, maka sungguh ia telah ingkar kepadaku.(HR Muslim Bukhari)�

Bismillahirrohmanirrohim, Dengan mohon ridho Allah subhanahu wa ta'ala dengan ini saya, selaku Amir Indonesia, memaklumatkan telah dicetak dan diedarkannya koin Dirham perak dengan satuan 1 Daniq (1/6 Dirham) dan 1/2 Dirham (Nisfu Dirham), dengan ketetapan sbb:.
Daniq Dirham

1/6 Dirham (Daniq)
1. Spesifikasi Koin:
Bahan : Perak Murni (99.95%)
Berat : 0.496 gr
Garis Tengah : 15 mm
2. Tampak Penampang:
a. Sisi Muka (Obverse)
Gambar Ka'bah dalam perspektif, dengan sebagian kiswah terangkat, dengan marka berat (0.496 gr), satuan (1 Daniq Dirham) dan identitas Baitul Mal Nusantara.
b. Sisi Belakang (Reverse)
Kalimat Tauhid: La illaha illa Allah, Muhammad Rasulullah, dengan sembilan bintang pada tepi lingkaran, dan tahun emisi 1431 H.
c. Sisi Luar
Bergerigi


Nisfu Dirham

1/2 Dirham
1. Spesifikasi Koin:
Bahan : Perak Murni (99.95%)
Berat : 1.487 gr
Garis Tengah : 18 mm
2. Tampak Penampang:
d. Sisi Muka (Obverse)
Gambar Masjid Sultan Ahmad (Masjid Biru), Istambul, dengan marka berat (1.487 gr), satuan (1/2 Dirham), dan identitas Baitul Mal Nusantara melingkar dari sisi kiri ke kanan
a. Sisi Belakang (Reverse)
Kalimat Tauhid: La illaha illa Allah, Muhammad Rasulullah, dengan sembilan bintang pada tepi lingkaran, dan tahun emisi 1431 H.
b. Sisi Luar
Bergerigi


Ketetapan mengenai nilai tukar daniq dan nisfu Dirham tersebut di atas berlaku secara tunggal, berlaku melalui Jaringan Wakala maupun di pasar-pasar, sebagaimana ditetapkan oleh Amirat Indonesia melalui Wakala Induk Nusantara (WIN), baik pada saat hari pasaran berlangsung maupun di luar hari pasaran, masing-masing setara dengan nilai 1/6 dan 1/2 koin 1 dirham.

Koin daniq dan nisfu Dirham di atas memenuhi ketentuan syariat Islam, karenanya dapat digunakan untuk pembayaran zakat, kegiatan muamalat, dan keperluan lain menurut syariat.

Demikian maklumat ini diberitahukan kepada khalayak. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberikan rahmat dan berkah-Nya atas 'amal kita semua, meneguhkan persatuan serta menjauhkan fitnah dan perpecahan di antara kita. Amin.

Depok, 14 Rabiul Akhir 1431 H/ 30 Maret 2010
Ma'asalam


Amir Zaim Saidi