Sudah empat tahun ini Ibu Sukiyati (biasa dipanggil Bude Yati) harus membanting tulang untuk menghidupi diri dan tiga anaknya. Dulu meski pun suaminya hanyalah seorang buruh bangunan, ia masih menerima nafkah rutin. Sejak suaminya raib, tanpa ia ketahui ke mana rimbanya sampai sekarang, ia harus mengasuh anak sambil bekerja. Dan apa yang bisa ia lakukan? Pekerjaan yang ia jalani adalah sebagai buruh cuci setrika pada keluarga yang lebih sejahtera, di sekitar tempat ia tinggal, di Tanah Baru, Depok.
Pendapatan sebagai tukang cuci dan setrika, tentu saja, tak seberapa. Dari satu keluarga ia mendapatkan Rp 250-Rp 300 ribu/bulan. Karena itu, ia harus bekerja di lebih dari satu keluarga, dan itu berarti ia meninggalkan rumah dari pagi sampai sore hari. Beruntung anaknya yang terbesar, seorang perampuan, telah menikah dan ikut suaminya, meski sang menantu juga tak punya pekerjaan tetap. Paling tidak jumlah mulut yang harus ia beri makan berkurang satu.
Karena itu, ketika Baitul Mal Nusantara (BMN) menawarinya pinjaman modal untuk berdagang ia menerimanya dengan senang hati. Kepadanya dipinjami modal 15 Dirham, sebagai modal usaha. Usaha yang bisa ia lakukan, bersama sesama anggota JAWARA, yang saat ini terbuka adalah berdagang kerudung dan jilbab. Oleh BMN ia dihubungkan dengan Grosir Arofah yang menerima pembayaran dengan dirham.
Dengan 15 Dirham dari BMN di tangannya, Bude Yati mendapatkan lebih dari satu grosir kerudung. Ia pun mulai mengurangi waktunya bekerja sebagai tukang cuci dan setrika, dan berkeliling menjual kerudung. Kewajibannya kepada BMN hanyalah mengembalikan modal pinjaman itu, dalam Dirham, dengan diangsur semampunya. Sesudah sekitar dua pekan berjalan Bude Yati bahkan telah menambah jenis dagangannya. Selain menjual kerudung, di pagi hari, ia juga berkeliling menjual lauk matang: sayur mayur, rendang, gule ayam, kering kentang, dan kue donat.
"Dengan pendapatan dari berjualan kerudung saya juga bisa gunakan untuk modal jualan lauk ini," kata Bude Yati, yang tiap harinya bangun jam 3 pagi, untuk mempersiapkan dagangannya. Pinjaman BMN yang tanpa syarat dan dapat diangsur dengan sangat ringan memungkinkan Bude Yati melakukan itu semua.
Program BMN untuk pemberdayaan ekonomi kaum dhuafa itu sendiri baru berjalan dalam satu bulan ini. Sampai saat ini telah ada empat orang yang menerima bantuan modal, dengan kisaran 15 sampai 50 Dirham perak.
sumber