Ini bermula dari pertemuan informal antara Amir Mukti Asikin, Amir Zaim Saidi, dan Bpk Dr Nurmandi, Dekan Fisip Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), di kantornya, di bilangan Kota Gede, Yogyakarta, 17 Februari 2010 lalu. Pembicaraan adalah seputar penerapan dinar dirham di Yogyakarta, khususnya usulan agar keluarga besar UMY ikut menjalankannya
Secara pribadi, Pak Nurmandi sudah lama mengamalkan dinar. "Sebagai orang yang beretnis Tionghoa (Bangka), saya dan keluarga besar saya sudah terbiasa menggunakan emas ini,"
kata Pak Andi. Maka, sejak ada Griya Dinar Yogyakarta, Pak Andi pun rajin mengkonversi uang kertasnya ke dinar emas.Pak Nurmandi kemudian memfasilitasi pertemuan lanjutan, antara Amir Mukti dan Pak Masyhudi Muqorobin, PhD, Dekan Fakultas EKonomi UMY, yang tentunya lebih pas berurusan dengan dinar dan dirham. Pertemuan lanjutan telah berlangsung di Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta, Kamis, 18 Februari 2010.
"Pak Masyhudi sebagai pengelola International Program for Islamic Economics and Finance - IPIEF, menyambut dengan baik topik diskusi hari tersebut dan menyepakati beberapa aspek, antara lain, menyetujui untuk memperkenalkan dinar dirham di lingkungan kampus UMY, bersama-sama menyelenggarakan diskusi ekonomi Islam," ujar Pak Mukti Asikin, melaporkan ke WIN.
Selain itu, pihak UMY juga dengan antusias ingin mulai menjajagi pembukaan wakala dinar di lingkungan kampus UMY. Mendengar laporan tentang Festival Hari Pasaran, Pak Masyhudi juga menyatakan akan mempelajari kemungkinan kerjasama penyelenggaraan Pasar Islam di lingkungan kampus UMY.
Bila inisiatif UMY in dapat direalisasikan tentunya akan membuka pintu yang lebih besar bagi keluarga besar Muhammadiyah, sebagai salah satu ormas terbesar di Indonesia ini, untuk ikut mengamalkan sunnah muamalat. Sebagaimana diketahui, Muhammadiyah memiliki banyak unit-unit 'amal usaha, yang setiap saat melakukan transaksi ekonomi, yang perlahan-lahan dapat mulai menggunakan dirham dan dinar.
sumber