Perawakannya kecil, tetapi ulet. Pak Suri panggilannya, nama lengkapnya adalah Suryadi. Wong Jogja yang merantau ke Bekasi dan bekerja sebagai mekanik elektrik pada salah satu pabrik di Bekasi.
Menyadari penghasilan sebagai pegawai pabrik tak kan dapat mencukupi, sudah dari awal merantau dan bekerja, bakat wiraswastanya terpupuk dengan baik. Disatu sisi sebagai pegawai rendahan, disisi lain boss bagi usahanya. Dimulai dari membuka warung kecil, sekarang usahanya sudah ekpansi ke banyak bidang, dari warung sembako kecil, 3 cabang warnet, penjualan parfum & kosmetik, pelayanan loket pembayaran listrik dan penjualan komputer serta laptop.
Sama seperti masyarakat kecil kebanyakan, awalnya Pak Suri, masih menganggap remeh yang namanya RIBA. Awal modal dulu diambil dari KTA dan kartu kredit, tapi semenjak terjebak permainan kartu kredit yang sulit ditutup. Perlahan Pak Suri meninggalkan permodalan berbasis RIBA.
Awal perkenalan Pak Suri terhadap dinar dirham dimulai dari bulan februari setahun lampau, ketika mulai ikut arisan nisfu dinar dikantornya. Dan empat bulan kemudian, ketika semua nisfu dibagikan, dia cukup kaget dengan kenaikan rate dinar terhadap rupiah yang sekitar 8% dari awal arisan dimulai, karenanya arisan putaran berikutnya dengan antusias dia ikut kembali.
Pemahaman selanjutnya mengenai nuqud didapat dari wakala Rashanah. Diapun menyadari mulai tak ada untungnya percaya kepada uang kertas dan bahayanya RIBA kepada umat. Pak Suri juga menyadari bahwa saat ini dinar dirham masih sulit untuk dijadikan kulakan modal, tetapi dia tak keberatan untuk menerima bila ada yang membayar dalam nuqud, dirham terutama, karena dimasa datang sebenarnya dirham lah yang akan lebih banyak berputar daripada dinar. Pak Suri mengambil pengalaman dari orang yang berhutang beras diwarungnya, mengambil awal bulan dan membayar diakhir bulan, karena dia tidak mengenakan bunga, maka sang pelanggan akan membayar nilai rupiah yang sama diakhir bulan sementara nilai rupiahnya sudah tak sesuai lagi dengan modal dan untung untuk kulakan beras.
Transaksi dirham pertama kali dia terima awal bulan januari 2011 ini, ketika ada yang berhutang komoditas senilai 5 dirham 1 nisfu dirham dan 1 daniq dirham akhir oktober 2010. Bila dalam rupiah nilai keseluruhan transaksi dirham tersebut pada saat transaksi sekitar 200 ribu rupiah, maka pada saat pembayaran di januari sudah berkisar 240 ribu rupiah. Dan cocok dengan harga jual komoditas yang sama pada bulan januari ini bahkan berlebih. Tapi Pak Suri tidak merupiahkan kembali dirhamnya, karena dia sendiri hendak mengusahakan agar suplier mau menerima dirham tanpa harus repot merupiahkan kembali.
Untuk anda yang berdomisili di daerah cibitung dan hendak berbelanja ke warung pak Suri, silahkan datang ke AlfiCOM, perumahan Taman Wanasari Indah (TWI) blok D3/01, cibitung disana anda dapat menggunakan jasa warnet, membeli token listrik dan berbelanja.