Pola pemikiran yang harus dirubah dari khalayak yang mulai hijrah dari sistem uang kertas kepada sistem dinar dirham adalah, dapat "APA" kita dari dinar dirham dan bukan "BERAPA" harga dinar dirham hari ini.
Hal ini saya utarakan untuk menjawab kekuatiran dari pemilik dinar dirham yang membeli dinar dirham diharga tinggi kemarin menjelang Ied Fitri 1430 H yang lalu. Penjelasan secara umumnya adalah kenapa dinar dirham tinggi, adalah karena memang nilai emas dan perak secara dolar tinggi menjelang Ied Fitri 1430 H dan diikuti oleh melemahnya dolar terhadap mata uang Indonesia (rupiah).
Justru tidaklah pernah rugi membeli dinar dirham "BILA" memang bertujuan muamalah dan penjaga aset. Lain halnya bila untuk spekulan sesaat yang berlaku sehari atau sebulan saja. Bila sekarang dinar dirham turun lagi tidaklah salah. TAPI yang harus dilihat turunnya dinar dirham itu adalah dalam mata uang "RUPIAH". Karena bila berkaca pada mata uang "DOLAR" Justru harga dinar dirham ini cukup tinggi.
Siapa yang bisa menjamin rupiah akan terus perkasa terhadap dolar. Karena aktualnya rupiah menguat karena dolar memang sedang dibuat murah. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya pinjaman pihak asing dalam bentuk dolar yang ditukarkan dalam bentuk rupiah dengan tujuan bermain dalam bursa saham dan valas. Hal ini dikarenakan bursa diIndonesia dilihat masih bisa ambil untung dibanding bursa dieropa dan amerika yang porak poranda.
Kembali ke paragraf pertama, bahwa dapat "APA" kita dengan dinar dirham. Allhamdullilah pada tanggal 7 syawal 1430 H, telah terjadi muamalah dengan dinar senilai 50 keping dinar ditambah 1,5 juta rupiah untuk transaksi sebuah mobil jenis MPV. Masih adanya tambahan 1.5 juta rupiah adalah dalam bentuk perpanjangan pajak kendaraaan yang dilakukan sang penjual. Disini sang penjual tidak mengkonversikan nilai rupiah ke dinar ataupun sebaliknya. Walaupun terjual setelah Ied Fitri, dimana justru harga dinar melemah, sang penjual tidak menaikan harganya untuk menyesuaikan terhadap rate dinar. Bahkan setelah ditawar,harga malah menurun 3 dinar dari harga pertama yang ditawarkan. Sang penjual dengan jujur membuka semua kelemahan dari mobil yang dijualnya dan sang pembeli puas setelah mengecek dan mencobanya. Itulah indahnya muamalah dalam Islam. Tawar menawar dan kejujuran dalam hal jual beli, hal yang hilang dari sistem kapitalis saat ini