Kami juga melayani penjualan dan pembelian Logam Mulia dengan berat minimal 25 gr

10 November 2009

DINAR DIRHAM, Tangan ke Tangan, APA SALAHNYA?

Ketika US Dollar semakin kuat, dibutuhkan lebih sedikit dolar untuk membeli komoditas yang dihargai dalam $ USD. Ketika US Dollar akan lebih lemah dibutuhkan lebih banyak dolar untuk membeli komoditas yang sama.

Ketika dolar akan kuat, emas muncul untuk turun, dan sebaliknya. Uang kertas lah yang bertanggung jawab atas bagian dari fluktuasi yang kita lihat dalam nilai emas.

Bagian lainnya adalah peningkatan aktual penawaran atau permintaan untuk emas. Jika harga lebih tinggi ketika diukur tidak hanya dalam Dollar AS, tetapi juga di Euro, Poundsterling, Yen Jepang, dan setiap mata uang utama lainnya, maka kita tahu permintaan emas lebih tinggi dan memiliki nilai benar-benar meningkat.

Akibatnya, jika emas dalam Dollar AS lebih tinggi, sementara pada saat yang sama lebih murah di setiap mata uang lain, maka sebagian dari kita dengan mudah menyimpulkan harga emas itu sebenarnya telah kehilangan nilai dalam semua mata uang lainnya. Tapi harga, karena sedang dikutip dalam $ USD akan lebih tinggi dan memberikan ilusi emas menjadi lebih berharga. Dalam kasus seperti devaluasi emas, karena peningkatan pasokan di pasar, yang disamarkan oleh melemahnya US Dollar.

Itu sebenarnya menunjukan kestabilan nilai emas bila di hadapkan dengan mata uang apapun. Artinya nilai EMAS anda secara real adalah TETAP. Dilihat dalam contoh ini, antara rupiah, dolar dan emas. Harga emas secara real telah naik drastis dalam dolar, TETAPI, karena dolar sedang melemah terhadap RUPIAH. Terlihat harga emas dalam RUPIAH tidaklah naik secara drastis. Disini, walaupun rupiah menguat terhadap dolar yang berarti, katakanlah daya beli pemilik rupiah menguat, tapi faktanya kita akan tetap mengeluarkan nominal rupiah yang lebih banyak untuk membeli suatu komoditas. Berbanding terbalik dengan emas, disini kita akan mengeluarkan emas lebih sedikit untuk membeli suatu komoditas. Artinya mau rupiah menguat atau melemah terhadap dolar, begitupun sebaliknya. Daya beli emas terhadap komoditas tidaklah akan terpengaruh.

Karena itu, supaya kita tidak menzalimi orang lain ketika bermuamalah, mulailah dinar dirham kita bersikulasi dari tangan ke tangan untuk bertransaksi. Pertama untuk menghindari penurunan nilai suatu produk, barang dan jasa. Juga supaya kita mengurangi ketergantungan kita terhadap uang kertas.

4 November 2009

Kaya tetapi miskin

Maksud dari judul diatas, bila dikaitkan dengan kondisi devisa negara kita. Pertama penjelasan mengenai devisa. Devisa adalah semua benda atau komoditas yang dapat dipergunakan sebagai alat tukar internasional. Secara umum devisa selalu terdiri atas FIAT money atau pun atas valuta asing, yaitu mata uang yang dapat diterima oleh hampir semua negara di dunia. Dalam hal ini yang berlaku adalah US US Dollar ($), Yen Jepang, Euro, ataupun Poundsterling Inggris. Dan dalam jumlah kecil emas, serta surat berharga yang berlaku untuk pembayaran internasional, dan lainnya.
Dasarnya devisa suatu negara diperuntukan :
1. Alat tukar luar negeri (perdagangan, ekspor, impor, dan seterusnya).
2. Alat pembayaran utang luar negeri.
3. Alat pembiayaan negara
4.Sebagai indikator kekayaan suatu negara.
Untuk point nomer 4, dalam kurun waktu 11 bulan. Terhitung akhir desember 2008, sampai dengan akhir september 2009. Cadangan devisa kita dalam bentuk US$ meningkat 20.6%, yaitu dari US$ M 51,639.32 meningkat menjadi US$ M 62,287.15. Terlepas dari manakah penambahan tersebut, apakah hutang atau memang negara kita surplus perdagangan. Pasti banyak dalam benak masyarakat maupun di pemerintahan sendiri yang mengatakan, KITA BERTAMBAH KAYA. Dan harga kebutuhan pokok akan terjangkau. Ya kalimat terjangkau saya pergunakan, dan bukannya murah. Karena memang harga tidak akan murah kembali. Dan yang tidak kita sadari, kekayaan negara kita dalam rupiah semakin miskin. Ini akan ditampilkan dalam tabel dibawah. Bahkan bila dibandingkan dengan bulan maret 2009, kemampuan beli bulan september2009 masih lebih lebih rendah walaupun dikatakan negara kita mempunya devisa dalam bentuk US$ yang meningkat. Jangan bangga devisa kita meningkat, bila masih berpatokan pada uang kertas.
Jangan pula percaya bila dikatakan inflasi masih dibawah 6%, sadarilah semakin lama ketergantungan masyarakat pada uang kertas yang tidak diikatkan pada emas dan perak. Inflasi akan selalu lebih tinggi dari pada cadangan devisa yang ada.
Karena para bankir akan terus mencetak semaunya nilai yang mereka inginkan pada lembaran kertas yang harganya tidak sebanding dengan daya belinya.