Kami juga melayani penjualan dan pembelian Logam Mulia dengan berat minimal 25 gr

6 September 2009

Evolusi Semangkuk MIE

MIN, atau TEK, begitu biasa kami memanggilnya. Profesinya adalah seorang pedagang mie ayam. Hampir 25 tahun lebih berjualan diJakarta. Cukup terhitung sukses untuk ukuran seorang perantau dari jawa timur. Hasil dari jualan mie ayam telah memberinya sawah 5 hektar dan sebuah rumah di kampung.

Sekarang dia hanya menetap ditaman dan tidak berkeliling lagi seperti dahulu awal-awal berjualan. Dimana dia mulai berjualan dari sekitar jam 11 siang, dan akan kembali lagi kerumah sebelum magrib.

Saya ingat, bahwa saya termasuk bagian dari pelanggan pertamanya yang secara rutin hampir setiap hari membeli mie darinya. Karena waktu itu, ketika kelas 5 dan 6, dimana saya diwajibkan untuk ikut les persiapan EBTA/NAS. Sehingga baru pulang ke rumah jam 2 siang. Karena jam 12 siang, tidak sempat makan siang dirumah, jadinya membeli mie ayam untuk makan siang.

Harga pertama kali dia berjualan adalah 150 rupiah untuk semangkuk mie ayam. Sebenarnya cukup mahal juga bagi saya, karena uang jajan saya waktu itu adalah 200 rupiah perhari. Saya terus berlangganan sampai masuk SMP dan dilanjutkan SMA. Hanya saja ketika kuliah saya mendapat PTN didaerah sehingga hanya membeli mie dari MIN, ketika libur kuliah atau sewaktu sedang ke Jakarta.

Saya ingat betul kenaikan harga mie ayam langganan tersebut. Dimulai dari Rp.150, dilanjutkan Rp.250, lalu Rp.400, Rp.750, Rp.1000, Rp.1500, Rp.2500, Rp. 4000, Rp.6000 dan sekarang masih bertahan dengan harga Rp.7500.

Selama rentang 25 tahun, berarti mengalami kenaikan 5000% dari harga pertama kali berjualan. Si MIN sendiri pernah cerita, modal dia pertama kali adalah Rp.10.000/ hari, dimana dia harus bisa menjual sekitar 200 mangkuk supaya ada modal kembali untuk esok hari dan bisa menabung. Sementara saat ini dia harus bermodal minimal Rp.600.000 dan tetap harus bisa menjual 200 mangkuk/ hari untuk dapat berdagang kembali esok hari.

Yang membedakan adalah, ketika dia berjualan pertama kali. Dia mendapat keuntungan 200% dari modal serta waktu berjualan yang hanya sekitar 5 jam dia sudah dapat kembali ke kontrakan. Tapi untuk kondisi saat ini adalah dia hanya mendapat untung sekitar 150% dari modal. Itu pun dengan waktu berjualan lebih lama dari sewaktu awal berdagang. Saat ini dia sudah harus berjualan dari pukul 8 pagi sampai menjelang isya.

Itulah yang terjadi saat ini, kita merasa bertambah kaya dengan bertambahnya nilai nominal yang kita dapat. Padahal sejatinya kita semakin miskin bila terus tergantung pada UANG KERTAS.

Image and video hosting by TinyPic
Bila ada yang mengatakan, itulah inflasi. Tentu jawaban terbodoh yang bisa disebutkan. Karena sampai kapan kita harus menambah angka nol dibelakang uang kertas kita