Kami juga melayani penjualan dan pembelian Logam Mulia dengan berat minimal 25 gr

30 April 2010

Hikmah Peristiwa Mbah Priok

Koja, Jakarta Utara, 30 April 2010
Sufyan al Jawi - Numismatik Indonesia
Disepanjang pesisir utara Ibukota RI, khususnya disekitar pelabuhan, aroma kapitalis sangat terasa. Hanya satu solusinya yaitu tegaknya Sunnah muamalah.

Insiden KojaDialog Terbuka yang diadakan oleh Gema PTDI di Tg Priok, dengan tema Mengungkap Tragedi Berdarah Peristiwa Tg Priok II, 14 April 2010, dihadiri oleh sejumlah tokoh, antara lain Ustadz Yayan Hendrayana, Abdul Ghopur (KPAI), Harun al Rashid (CIDES), Azis Syamsudin (DPR RI komisi 3), Eka Jaya (FPI) dan ratusan muslim lain. Acara diadakan di masjid Istiqomah PTDI, ba'da Jum'at 23 April 2010, sepekan setelah peristiwa.

Sebagaimana kita ketahui, peristiwa berdarah yang terjadi di Koja Jakarta Utara, dipicu oleh perebutan lahan seluas 5,5 hektar antara ahli waris Habib Hasan al Haddad dengan PT.Pelindo II. Tiga orang tewas dan du aratus orang luka-luka, di antaranya 50 orang anak-anak, karena bentrokan fisik antara Satpol PP melawan penjaga maqam dan warga sekitar.

"Nampaknya orang masih tidak sadar, kalau akar masalahnya adalah kapitalisme. Mereka tidak bisa melihat kalau di balik peristiwa ini adalah investor asing. PT.Pelindo II kini 95% sahamnya milik asing. Pemerintah cuma jadi kacung dan hanya cari komisi dari penjualan saham PT Pelindo yang dijual murah," ujar Arief salah seorang aktivis. "Makanya ane ajak teman-teman serta saudara ane untuk nukar uang kertas mereka dengan dinar. Dinar dirhamnya beli di Wakala karena kadarnya terjamin," lanjutnya. Arief adalah pelanggan tetap Wakala al Faqi sejak tahun lalu. Beliau sadar bahwa kapitalisme melahirkan nasionalisme, sekulerisme, demokrasi, maupun komunisme. Semuanya adalah ciptaan Yahudi.

"Dakwah penerapan Dirham Dinar ane lihat udah tepat. Kemarin ane lihat di internet acara ente [Festival Hari Pasaran] di Depok sana rame. Di hadiri sama Walikota dan Kapolres segala. Kalau acara di sini ujung-ujungnya tidak nemuin solusi." kata Arief dalam logat Bewati, yakin. Untuk itulah masyarakat Jakarta Utara, perlahan tapi pasti, telah menegakkan muamalah dengan dinar dirham.

Dimulai dari wilayah Cilincing dan terus merambah ke tempat lain. Pedagang sudah mulai menerima dirham juga dinar dalam transaksi sehari-hari, seperti: pedagang kuliner malam di Jalan Sungai Landak, warung sembako dan toko di Kampung Nelayan, pengusaha Warnet, bengkel tambal ban, kios pulsa, warung obat, kios air minum isi ulang bahkan tukang ojek. Beberapa komunitas pengajian pun sudah menggunakan nuqud nabawi ini.

Kapitalisme pintu gerbangnya adalah pelabuhan. Karena mayoritas arus barang dan uang bermula dari sini. Sebagai pusat transit kapitalis, melalui pelabuhan Tanjung Priok, ratusan ton uang kertas diedarkan ke penjuru Indonesia. Bahkan pada tahun 2000-2002, puluhan kontainer uang kertas BI Rp 100.000, terbuat dari polymer bergambar Soekarno Hatta yang diimport dari Australia konon raib entah ke mana.Tapi, tiba-tiba uang merah ini, muncul pada Pemilu 2004. Juga kembali merebak kemunculannya pada Pemilu 2009 yang lalu. Ada apa ini?

Bila rakyat kembali menghidupkan muamalah, boleh jadi merekalah manusia pertama yang lepas dari jerat kapitalisme Yahudi, karena terbebas dari riba. Anehnya, pengguna nuqud nabawi justru dari kaum dhuafa. Mungkin inilah pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta'ala terhadap kaum muslimin yang lemah ekonominya, tapi kuat aqidahnya, meski ilmu mereka sangat sedikit. Justru para ustadz yang tidak mau paham tentang muamalah yang haq. Sungguh ajaib? Wa Allahu 'alam