Kami juga melayani penjualan dan pembelian Logam Mulia dengan berat minimal 25 gr

2 November 2011

KOMODO, Nasionalisme dan DINAR DIRHAM

Dalam kurun sebulan ini, ramai kita diminta untuk memvote melalui sms. Yang divote adalah agar mendukung pulau komodo sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia terbaru. Awalnya vote ini diacuhkan masyarakat, sehingga dihembuskan isu pulau komodo kalah jauh dari kadal air, yang juga digencarkan malaysia sebagai ikon negerinya.


  Tentu saja dengan teknik marketing menjual rasa nasionalisme, mulailah trend dukungan terhadap pulau komodo merangkak naik walau belum drastis. Dinegeri ini rakyat masih berpikir untuk mengeluarkan pulsa senilai Rp1.000, karena sms ini bersifat premium, apalagi akhir-akhir ini juga ramai isu sms premium penyedot pulsa. Lalu dimunculkanlah tokoh masyarakat terpandang, mantan wakil presiden indonesia, bapak Jusuf Kalla dan vokalis Slank sebagai duta kemenangan pulau komodo. Dan juga tarif vote melalui sms diturunkan menjadi Rp1,- ya hanya "satu rupiah".

  Saya masih menghargai status dan kedudukan beliau-beliau ini yang terlepas apakah mereka murni sebagai duta ataukah ada imbal balik ekonomi, dikarenakan kegiatan ini sebenarnya adalah murni swasta. Bahkan yayasan New7wonders selaku penggagas kegiatan ini diragukan legalitasnya seperti diberitakan di link berikut klik. Dan tentu saja ada bantahan dari panitia lokal disini yang bersikeras, agar tetap mendukung pulau komodo sebagai 7 keajaiban dunia terbaru. Dan teknik marketing ini terbukti mulai menunjukkan kenaikan, dimana diberitakan posisi pulau komodo sudah masuk posisi 28 besar dari 100 nominasi.

  Dalam hati saya mencerna dan berpikir, apakah begitu mudah masyarakat dibuai dan dibujuk untuk melakukan hal yang sebenarnya tidak PERLU. Ternyata mamang realita masyarakat modern mudah terbujuk dan tertipu oleh dalil nasionalisme, ekonomi atau rasa kebanggaan.

  Saya bukan penganut paham konspirasi, tapi coba kita mengingat, bahwa kita mudah terbuai oleh hal-hal bodoh yang disuruh oleh pihak lain tanpa kita sadari maknanya. Berikut beberapa contoh

1. Untuk memperingati hari bumi, seluruh dunia  disuruh mematikan lampu selama satu jam. Dan para pemimpin negarapun dengan sadar menyuruh rakyatnya berpartisipasi. Tapi hei sadarkah kita, ketika lampu dipadamkan apakah fasilitas militer turut padam. Tentunya tidak, dan saat itulah satelit mata-mata asing memfoto dan memetakan daerah yang masih memancarkan cahaya.

2. Tahun lalu ramai orang memakai gelang "power balance" dengan cerita bahwa gelang ini menyalurkan energi positif yang membuat orang lebih berprestasi. Tentunya dengan memakai idola pemuda seperti bintang sepakbola atau atlet basket sebagai model. Saking lakunya gelang ini sampai tercipta tiruan dengan harga variasi dari belasan ribu sampai ratusan ribu. Dan ternyata dari produsennya sendiri mengakui gelang tersebut hanya gelang biasa, dan iming-iming penyaluran energi hanyalah trik marketing.

3. Hari valentine dan hallowen. Tradisi ini sebenarnya berasal dari kaum pagan, penyembah berhala dan bukannya dari nasrani sendiri. Unsur ekonomi lebih berperan dalam kedua acara ini. Tapi coba tengok, berapa banyak pemuda pemudi, tanpa melihat latar agama dan bangsa ramai dan dengan hati berdebar menunggu kedua hari tersebut untuk larut dalam perayaan.

  Banyak hal lain dapat saya sebutkan contohnya disini, tapi itu akan terlalu panjang. Hanya saya akan menyampaikan satu kebodohan lagi yang diterima masyarakat modern. Yaitu UANG KERTAS. Ya alat TUKAR yang di buat oleh bank dan dimarketingkan oleh pemimpin dunia kepada masyarakat bahwa inilah alat tukar yang diterima, alat tukar yang dijamin keberadaannya secara hukum dan alat tukar yang dapat membeli dunia beserta isinya.

  Kenapa dibilang kebodohan yang diterima. Karena memang inilah yang terjadi. Kita diusik nasionalisme, ekonomi dan kebanggaan SEMU dengan uang lokal masing-masing. Uang lokal itu membuat sekat ekonomi terputus antar negara, uang lokal tersebut memisahkan silaturahmi negara walau satu akidah. Dan uang lokal tersebut membuat kita merasa bangga dengan kertas yang diberi stempel dan angka.

  Sementara dinar dirham yang jelas dan nyata terbuat dari emas dan perak. Yang tentu saja merupakan logam berharga dijauhkan dari masyarakat dan dikatakan bukan sebagai alat tukar, tapi hanya investasi semata yang suatu saat dikembalikan lagi menjadi uang kertas. Dan emas perak kita ditarik melalui bank dan ditukar dengan kertas. Saya kembalikan pemikiran tersebut kepada anda, apakah kebodohan itu merasuki kita dengan dalil nasionalisme, ekonomi dan kebanggaan.

  Janganlah kita menjadi orang yang mudah disuruh melakukan suatu kesia-siaan dengan mengikuti amal yang salah dan buruk. Seandainya disuruh masuk lubang biawak pun dengan sukarela kita mengikutinya.

Kamu akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikut memasukinya.” Para sahabat lantas bertanya, "Apakah yang anda maksud orang-orang Yahudi dan Nasrani, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Siapa lagi (kalau bukan mereka)?" (HR Bukhary)