Kami juga melayani penjualan dan pembelian Logam Mulia dengan berat minimal 25 gr

20 April 2012

Warga Haramain Antusias Miliki Dinar Dirham

Tatang Buchori & Sofyan Al Jawi - Pengurus Wakala Keluarga Madani
Di sela-sela waktu umroh utusan Wakala Keluarga Madani, Jakarta Utara, melakukan dakwah amal Madinah Abad I H di kota Makkah dan Madinah.

'Sekitar dua puluh orang warga Makkah mengerumuni saya waktu saya perkenalkan Dirham perak. Orang-orang antusias ingin memilikinya,' ujar Pak Tatang Buchori saat melaporkan perjalanan umroh dan dakwahnya di Tanah Suci kepada beberapa kawannya di Jakarta Utara, termasuk Pak Sufyan al-Jawi. 'Sayang saya hanya membawa sedikit. Saya yakin 100%, andai saya bawa sampai 1.000 keping Dirham pun, Insya Allah habis.' Seperti kita maklumi, Kerajaan Arab Saudi sejak 1961 menghapus penggunaan dinar dirham melalui dekrit Kerajaan tanggal 1.7.1379 H, dan menggantinya dengan uang riyal kertas.

Berbekal bahasa Arab yang didapat saat di Madrasah, Pak Tatang Buchori berkomunikasi dengan warga setempat. Beliau juga melaporkan beberapa warisan amal Madinah yang masih ada di kota Madinah modern, seperti waqaf produktif hotel dan kebun kurma Nabi Muhammad Shalallahu alahi wa sallam. Namun beliau tidak lagi menemui pasar Baqi al-Zubair di dekat Masjid Nabawi. Malahan mendapati pasar kaki lima yang dilarang oleh Askar KSA, mirip seperti Pedagang kaki lima dengan Satpol PP disini.

Yang membuat sedih Pak Tatang, untuk membayar Dam (denda saat haji dan umroh) harus melalui rentenir (bank), seperti Saudi English Bank, Saudi Holland Bank dan sebagainya. Bahkan riba bisa masuk juga ke Raudhoh, tempat Rasulullah berdoa di Masjid Nabawi. Bagaimana tidak? Setiap jamaah yang shalat dan berdoa di Raudhoh, bisa dipastikan mereka mengantongi uang kertas, bukan nuqudun nabawi!.

Mendapat ilmu yang disampaikan oleh Pak Tatang, warga kota Makkah dan Madinah menjadi antusias ingin memiliki Dinar Dirham, seperti dahulu ibu bapak dan kakek nenek mereka menggunakan Dinar Dirham Bani Hasyim, sebelum tahun 1960-an.

Selain oleh warga setempat, Pak Tatang disambut juga oleh Mahasiswa Indonesia yang kuliah di Madinah. 'Ini (dirham) adalah Nuqudun Nabawi, dan ini uang kaum rentenir (riyal). Mari kita gunakan Dinar Dirham', begitu kira-kira isi dakwahnya. Usman warga Jl. Ajiad Musafi yang mengurus Hotel Rawabi Zamzam di Makkah al-Mukarromah, langsung menukar uang rentenir miliknya menjadi Nuqudun Nabawi kepada Pak Tatang. Begitu pula dengan orang-orang setempat. Satu dirham dipertukarkan dengan 30 riyal.

Di Madinah, Pak Tatang dan rombongan Arisan Dirham Jakarta, juga menjumpai warga Arab asli Madinah yang kaya, yang masih memiliki koin dinaryn Bani Hasyimi sebanyak 100 keping dan terawat rapi. Usia koin dinar tersebut, rata-rata lebih dari 90 tahun, dan populer digunakan di sana, hingga akhirnya riyal kertas muncul tahun 1961. Yang menggusur keberadaan dinar Hasyimi sampai sekarang.

'Bila suatu hari kelak umroh ke sana, tolong bawa dinar dirham WIN karena banyak peminati,' ujar Pak Tatang lagi.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala mengampuni, menerima amal, dan meluruskan niat kita. Amin.