Kami juga melayani penjualan dan pembelian Logam Mulia dengan berat minimal 25 gr

21 Juli 2010

Ungkapan Jujur Sang Petinggi Negeri

Ada 3 kutipan yang bisa kita cerna maknanya dari petinggi indonesia ketika peluncuran uang baru bernominal Rp.10.000,- dan Rp. 1.000,- yang baru


1. "Kalau tanpa nilai, maka uang Rp10.000 dan Rp1.000 ini hanya kertas dan logam saja,"
2. "Di masa lampau orang menggunakan emas hampir bisa dikatakan tidak perlu dijaga, karena untuk menjaga artinya menjaga dirinya sendiri,"
3. "Tapi itu masa lampau. Sekarang tidak ada negara yang melakukan itu, karena emas langka. Sedangkan kebutuhan uang meningkat dari waktu ke waktu,".

Itu semua diucapkan wapres budiono dalam peresmian mata uang baru tersebut.
Jawaban jujur tersebut seharusnya sudah membangunkan masyarakat dari nina bobo uang FIAT selama ini. Uang FIAT yang dijanjikan mampu membeli dunia ternyata hanya menambah kerusakan dan memiskinkan sebagian besar masyarakat. Karena memang uang FIAT memang diciptakan dari ilusi atau kekosongan yang dipaksakan oleh rezim. Dinar dan dirham sudah terbukti mampu menjaga daya belinya sendiri. Kapitalisme dan sistem uang FIAT yang merusaknya.
Hutan ditebang, bumi digali dengan hanya diberikan berkarung-karung uang kertas atau hanya di berikan melalui desimal-desimal yang berkedap kedip dilayar monitor.
Perampokan harta umat melalui kredit berbunga sehingga umat kehilangan lahan pertanian dan perkebunan. Rumah pun diperkecil menjadi ukuran 21. Padahal bumi Allah ini begitu luas dan bisa menampung seluruh umat, tetapi sudah dikapling-kapling oleh pemdodal dengan uang FIATnya.
Gas alam dijual ke luar negeri dengan imbalan mata uang asing yang lebih kuat dari mata uang lokal mengakibatkan PLN dan pabrik pupuk kekurangan pasokan gas sehingga mengakibatkan harga listrik dan pupuk naik, berefek domino pada industri dan bahan pokok. Coba seandainya dijual dengan meminta imbalan perak dan emas tentunya sejahtera negeri ini. Freeport merampok hasil tembaga pura bermodalkan tanda tangan penguasa negeri ini dan dibarter hanya cek kosong, mengakibatkan rakyat papua gelisah dan ingin memisahkan diri.
Kita punya Arun, punya Natuna, punya Tembaga pura, punya Bontang, dan lain sebagainya sebagai modal, tetapi hanya ditukar dengan uang yang
sebenarnya tidak lebih bernilai dari nominal yang dicantumkannya.
Bangunlah dari mimpi panjang selama ini.
Kembalilah muamalah dengan dinar dan dirham